Selamat Datang

Selamat datang di blog ini, yang dimaksudkan untuk menyimpan bacaan2 menarik sehingga dapat terdokumentasi dengan baik dan dapat diakses dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Semoga bermanfaat....

Rabu, 14 Desember 2011

Berkaca pada Diky Chandra

Oleh Muhammad Fakhruddin

Isak tangis dan suasana haru mewarnai perpisahan mantan wakil bupati Garut Diky Chandra dengan masyarakat Garut. Prosesi pelepasan Diky dari pejabat menjadi rakyat biasa itu berlangsung sederhana dan dihadiri ribuan masyarakat berbagai kalangan.

Bukan pejabat, apalagi Bupati Garut yang memberikan sambutan perpisahan, tetapi perwakilan dari petani, nelayan, dan pedagang kaki lima. Aksi teatrikal sejumlah seniman dengan melakukan jalan mundur juga mewarnai proses pamitan itu. Bahkan dua anak penderita thalasemia juga ikut membacakan puisi yang berjudul "Kami tahu". Puisi yang menyiratkan bahwa masyarakat memahami keputusan Diky Chandra mundur sebagai wakil bupati Garut.

Di hadapan masyarakat yang hadir di Gedung Bale Paminton, Diky bersujud dan memohon maaf kepada rakyat karena tidak bisa menyelesaikan amanat sampai masa jabatannya berakhir. "Saya bukan tipe orang yang menuhankan jabatan," kata Diky, Ahad (11/12).

Diky juga mengganti baju batik yang dikenakannya dengan jubah hitam yang pernah dia gunakan saat pendaftaran calon bupati dan wakil bupati dari unsur perseorangan pada pemilukada lalu. Diky diarak menggunakan jeep keliling Kota Garut yang berakhir di kawasan Maktal, kemudian menuju rumah kediaman orang tuanya di Kecamatan Cigedug, Garut. "Yang saya tinggalkan adalah jabatan, bukan Garut," kata Diky lagi.

Mantan artis ini mengaku tidak akan meninggalkan Garut meskipun dia harus bekerja di Jakarta karena keahliannya di bidang seni. Spirit pengawasan tetap akan difokuskannya ke Garut. Pada 5 Desember lalu, Diky resmi tidak menjabat sebagai wakil bupati Garut lagi setelah Gubernur Jawa Barat memberikan surat keputusan (SK) pengunduran dirinya yang diteken Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi.

Pengunduran diri Diky sebagai wakil bupati yang dilayangkan pada 5 September lalu membuat kaget masyarakat, terutama para birokrat. Tidak ada tanda-tanda sebelumnya ia bakal mundur dari jabatannya. Diky beralasan sudah tidak bisa bersinergi lagi dengan Bupati Garut Aceng HM Fikri yang memilih bergabung dengan partai politik dan lupa dengan janji-janji politik yang pernah disampaikan kepada rakyat saat kampanye.

Diky dan Aceng merupakan pasangan independen saat mengikuti pemilukada lalu. Diky menginginkan pola kepemimpinan yang tawadhu dan berakhlakul karimah agar bisa dijadikan panutan yang baik dengan menggunakan jalur independen. Pemimpin yang mengutamakan kesederhanaan dan tidak memperkaya diri.

Karena itu pula selama menjabat, Diky tidak pernah mengganti mobil dinas dari wakil bupati sebelumnya. Bahkan, selama dua tahun tujuh bulan menjabat, dia tidak sempat mengganti perabotan yang ada di rumah dinas wakil bupati. Baginya, masih ada yang lebih penting untuk diurus ketimbang mengganti sofa di rumah dinasnya.

Jangan berpikir Diky sama dengan pegawai negeri sipil (PNS) muda yang belakangan ini ramai diberitakan memiliki rekening gendut bernilai puluhan hingga ratusan miliar rupiah. Setelah mundur dari jabatannya, Diky tidak lagi memiliki rumah di Garut, kecuali rumah orang tuanya di Kecamatan Cigadog. Bahkan, seorang anaknya yang kini masih sekolah di Garut pun terpaksa harus kos.

Selepas menjabat sebagai wakil bupati, Diky mengaku mendapat kebebasan untuk mengawasi pemerintah dan tetap berjuang untuk kemajuan Garut. "Mohon maaf kepada Bupati dan anggota DPRD, keberadaan saya di Garut bukan untuk merecoki, tapi untuk membantu Bapak," tegas dia.

Sekalipun menyayangkan kemunduran Diky, masyarakat akhirnya mengikhlaskan pemimpin yang mereka pilih pada pemilukada lalu. Di mata rakyat, Diky Chandra merupakan sosok pemimpin dari Tanah Sunda yang haus akan pengorbanan dan mengerti makna kebersamaan dengan rakyat. Dia juga tak segan mengeluarkan kocek pribadi untuk membantu rakyat.

Bahkan ketika dia tidak lagi menjabat, masyarakat tetap mengelu-elukannya. "Ketika dua nelayan hilang saat musim barat, hanya Pak Diky yang membantu. Pemerintah sama sekali tidak membantu," ujar Lukman Nur Hakim, perwakilan nelayan.

Menurut Lukman, Diky pula yang telah menginisiasi rencana pembangunan dua pelabuhan nelayan di Garut Selatan pada 2012 mendatang. Sayangnya, integritas Diky membantu nelayan tidak diakui pemerintah setempat, tapi justru diakui pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. "Pernah ada surat dari Gubernur Jawa Barat, tapi tembusannya tidak ke bupati tapi hanya ke Diky Chandra," ungkap Lukman. ed:  budi raharjo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar