Selamat Datang

Selamat datang di blog ini, yang dimaksudkan untuk menyimpan bacaan2 menarik sehingga dapat terdokumentasi dengan baik dan dapat diakses dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Semoga bermanfaat....

Minggu, 06 November 2011

KB Keluarga Berencana

Karena ini merupakan salah satu isu penting dalam menjaga kelangsungan kehidupan bangsa, maka saya tidak sampai hati untuk tidak menjawab panjang lebar keingintahuan Cak Mbess.

Mungkin saya satu2nya Industrial Economist di Indonesia dan juga lulusan TF ITS yang tetap setiap menentang agenda Population Control melalui Family Planning (KB) karena sudah banyak bukti kalau ini merupakan mis-leading policy.  Banyak sudah tulisan saya yang membuktikan kesalahan mendasar policy ini dari kacamata ekonomi yang dimuat di media masa lokal, terutama Jakarta Post, maupun internasional.


Dari sudut pandang kesehatan untuk para wanita yang memakai kontrasepsi inipun sudah tidak kurang banyak penelitian yang mengungkapkan mengenai bahaya jangka panjang pemakaian alat2 kontrasepsi.  Resiko2 kesehatan inilah yang tidak pernah diungkapkan oleh DepKes maupun BKKBN dalam propaganda KB mereka, karena memang dibalik mereka adalah dukungan dana yang luar biasa besarnya dari UNFPA (UN Family Planning Agency).  Mungkin kita semua akan kaget kalau ternyata kucuran dana dari UNFPA yang juga mendapatkan dana dari para donor pembayar pajak besar yang kebanyakan adalah International Pharmaceutical companies ini jauh lebih besar daripada budget yang dialokasikan oleh pemerintah untuk pendidikan maupun infrastruktur pendidikan bagi kaum miskin.

Para penasehat dan ahli BKKBN sering mempropagandakan KB ini dengan bersembunyi dibalik slogan "pemberdayaan keluarga atau para wanita" dengan informasi2 yang bias tentang kesehatan reproduksi (reproductive health) itu sendiri.  Tapi mengagetkan sekali kalau baru2 ini mereka semua diam membisu dengan adanya peringatan dari FDA (Food and Drugs Authority) di US yang menemukan dalam penelitiannya selama bertahun2 akan adanya potensi resiko yang semakin meningkat terjadinya "blood cloths" (penggumpalan darah) yang disebabkan karena konsumsi pill KB dalam jangka waktu yang lama.


Saya quote: "The pills in question contain the progestin drospirenone, and have in recent years been marketed by Bayer Pharmaceuticals to young women under such trade names as Yaz, Beyaz, Yasmin, and Safyral. Following publication in the British Medical Journal of two studies in early 2011 that indicated these birth control pills brought their users a two to three times greater risk for venous thromboembolism (blood clots), the FDA announced on May 31, 2011 that it would undergo an investigation into their safety. (http://www.fda.gov/Safety/MedWatch/SafetyInformation/SafetyAlertsforHumanMedicalProducts/ucm257337.htm?source=govdelivery)

Blood cloths ini bisa sangat mematikan bagi ibu2 yang mengkonsumsi pill KB dalam jangka waktu yang lama.  Namun pernahkah BPOM mengumumkan mengenai penemuan2 ini?  Tidak akan pernah saya pikir.  Tragisnya, para ibu yang mengkonsumsi pil KB ini kebanyakan adalah dari kaum miskin yang sama sekali tidak tahu mengenai bahaya pill KB ini, karena mereka hanya percaya pada buaian pemerintah bahwa "untuk bisa hidup sejahtera 2 anak cukup atau lebih baik", bahwa sepiring nasi itu akan lebih baik dimakan oleh 2 orang daripada oleh 4, 5, atau 6 orang.  Masuk akal memang... and this is what I call the utilitarian and consumeristic way of thinking about happiness or wealth.

Baru2 ini Lancet Medical Journal juga merelease sebuah penemuan riset yang pernah dipresentasikan dalam Konferensi AIDS di Roma pada bulan Juli.  Di dalam riset ini ditemukan adanya korelasi yang kuat antara penyebaran virus HIV dengan kontrasepsi hormonal melalui suntik, terutama di kawasan Afrika.


Saya quote: "Early this month The Lancet medical journal published a study that should have stopped birth control missionaries in Africa dead in their tracks. An international research team reported finding a strong link between HIV transmission and the use of hormonal contraceptives, particularly injectable hormones such as Depo-Provera, which may double the risk both of acquiring and passing on the AIDS virus." (http://www.thelancet.com/journals/laninf/article/PIIS1473-3099%2811%2970247-X/fulltext#bib28)

Menyedihkan sekali media masa di Inodonesia lebih banyak memuat propaganda2 KB daripada memberitakan penemuan2 ilmiah mengenai bahaya kontrasepsi.

Di Indonesia, Papua adalah lahan yang subur bagi perusahaan farmasi penghasil alat2 kontrasepsi untuk memasarkan produk2nya dengan alasan untuk menanggulangi HIV.  ATM kondom terpasang dimana2, Ibu2 Papua disuntik dengan hormon KB.  Namun sayangnya tingkat infeksi HIV masih tertinggi di Papua, lalu pemerintah menyalahkan budaya seks dari orang2 Papua sebagai penyebab tingginya angka HIV atau AIDS ini.  Kasihan sekali ibu2 Papua yang miskin yang serba disalahkan dan dijadikan kelinci percobaan bagi perusahaan2 farmasi dan BKKBN.  Kalau sepertiga saja dari penduduk Indonesia memakai alat kontrasepsi, bayangkan betapa besar dan menariknya pasar ini bagi perusahaan2 farmasi kelas dunia tersebut.


It is always easier to kill unborn babies than to build schools or buy good books for children, or to teach parents about responsible parenting, or to create more employment opportunities.  Kalau kamu pingin kaya, lebih baik istrimu tidak hamil lagi atau bunuh saja anak didalam kandungannya daripada kamu nanti susah payah banting tulang bekerja sebagai orang tua.  This is what I call an "indomie instant" mentality to richness.

Dan memang lebih mudah memberikan kondom dan pil kepada orang2 Papua daripada mengajari mereka untuk bisa lebih bekerja produktif atau mengajari mereka tentang moralitas kehidupan seks didalam keluarga.  When you give condoms to young people, it is like you are saying "you can have sex now, because it is safe eventhough you are not married yet."  Is this what we call sex education for the youth???


Saya bekerja hampir lima tahun di Bank Dunia dan juga di UK Department for International Development (DFID) di Bangkok dan Jakarta.  Jadi saya tahu persis agenda apa di balik internasional policy dalam mempromosikan KB di negara2 berpenduduk besar dan berkembang.  Bangkok dengan Patpong-nya adalah surga bagi kontrasepsi dimana condom mesin bisa kita temukan di setiap toilet umum.  Tapi lihatlah hasilnya, Thailand is a country with the highest rate of HIV infection despite the popular use of condom.


Henry Kisinger dalam dokumen rahasia US yang sudah dibuka saat ini mengatakan bahwa kalau negara2 maju seperti US tidak mengontrol populasi penduduk negara2 miskin di dunia yang kaya akan sumber daya alamnya, salah satunya Indonesia, maka negara2 maju suatu saat tidak akan kebagian sumber daya alam ini yang bisa diekploitasi bagi kemakmuran rakyat negara2 maju.  So, are we convinced now on what happened in Freeport today?  Seandainya populasi Indonesia tidak bisa dikendalikan, maka rakyat Indonesia itu sendiri nantinya yang akan mengeksploitasi emas dan tembaga di Irian....than US will be left with nothing to profit from.  This is the dark side of capitalism (without a human face).


Kita tidak akan bisa membangun ekonomi  kita dengan kebijaksanaan2 pemerintah yang tidak manusiawi dan menentang kodrat kehidupan keluarga untuk menghasilkan keturunan sebanyak yang dianugerahkan oleh Tuhan.  Artikel saya yang menjelaskan mengenai prinsip ini bisa diunduh di: http://www.thejakartapost.com/news/2010/05/17/new-economic-architecture-with-a-human-face.html


Semoga bisa membantu Cak Mbess dan yang lainnya yang mungkin suatu saat nanti akan menjadi pengambil keputusan penting di pemerintahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar